Selasa, 31 Maret 2015

Ungkapan Hati Se-punya-mu

Kisah Para Rasul 3:1-10

Tetapi Petrus berkata: “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, bangkit dan berjalanlah!” (Kisah Para Rasul 3:6)

Bacaan Alkitab Setahun:
Ezra 4-6; Mazmur 137

Kisah Para Rasul merupakan kitab yang menunjukkan bahwa sejarah gereja mula-mula benar-benar terjadi tepat seperti yang Yesus firmankan sebelum Dia terangkat ke sorga: “Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, ... sampai ke ujung dunia” (Kis. 1:8). Jadi, semua tindakan para rasul dan jemaat waktu itu adalah dalam rangka menjadi saksi Kristus, baik melalui tindakan mujizat maupun tindakan yang tampaknya biasa-biasa saja. Seperti tindakan Rasul Petrus.

Rasul Petrus pasti tidak berbohong ketika ia mengaku tidak membawa uang, dan jelas bahwa uang bukan satu-satunya kebutuhan pengemis lumpuh itu. Yang luar biasa dalam kisah ini bukanlah pada fakta bahwa Petrus memiliki karunia mukjizat, melainkan pada fakta bahwa Petrus memberikan apa yang ia miliki pada saat itu untuk menjamah hidup orang lumpuh tersebut. Tuhan memakai sentuhan Petrus yang disertai iman untuk mendemonstrasikan kuasa-Nya. Orang banyak heran dan takjub (ayat 8-11), dan kesempatan proklamasi Injil pun terbuka lebar (ayat 12-26).

Setiap hari kita berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki beragam kebutuhan. Sebagai anak-anak Tuhan, apa yang dapat kita lakukan? Mari memohon hikmat dan kreativitas untuk membagikan apa yang kita punyai sesuai kebutuhan spesifik orang-orang yang kita jumpai. Apapun perbuatan atau pemberian kita (uang, nasi bungkus, baju layak pakai, pembezukan, mobil jemputan, telinga yang mendengar, kata-kata yang menghibur, sentuhan kasih, keterampilan medis, dll.), ketika dilakukan demi dan bagi Kristus, dapat dipakai Tuhan untuk membawa banyak orang takjub akan Dia dan membuka hati untuk mendengarkan Kabar Baik-Nya.—

TUHAN TIDAK MEMINTA YANG TIDAK KITA PUNYA. SUDAHKAH KITA
MEMBERIKAN YANG KITA PUNYA UNTUK DIPAKAI OLEH-NYA?

Sabtu, 28 Maret 2015

Menjaga Damai Sejahteramu

Yesaya 26:3 
 
"Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya".

Adalah sangat mungkin kita akan kehilangan damai sejahtera karena 4 alasan :

1. Kita mencoba mengubah orang-orang dalam hidup kita.


Semakin anda bertambah bijak anda akan menyadari bahwa anda tidak bisa mengubah orang lain. Hanya Allah yang bisa! Dan Ia lakukan saat anda mundur dan mengasihi mereka apa adanya. Ini bukan berarti setuju dengan semua perbuatan mereka. Ini berarti berkomitmen mengasihi mereka bagaimana pun juga, mengklaim janji Allah untuk mereka dan mengizinkan Ia yang berurusan dengan mereka dengan jalan-Nya, waktu-Nya dan untuk kemuliaan-Nya.
Alasan Anda stress mungkin karena Anda terus mencoba berbuat sesuatu – sesuatu yang tidak bisa Anda lakukan!

2. Kita mencoba membuat sesuatu terjadi saat waktunya belum tepat. 

‘ Untuk segala sesuatu ada waktunya…’(Pengkotbah 3:1).
Jika anda sudah membesarkan anak-anak, Anda akan tahu bahwa salah satu karakteristik utama mereka adalah tidaksabaran; tidak bisa menunggu. Allah mau kita mengatasi sifat kekanak-kanakan kita. Karenanya Ia buat kita menunggu, percaya, dan dewasa.

3. Kita kecewa karena kita tidak mengalami kemajuan cukup pesat. 


Anda bisa memperlambat pertumbuhan rohani Anda dengan pengabaian, tapi pada akhirnya, ‘… Kita semua… diubah… [dengan] Roh’ (2 Korintus 3:18). Jadi belajarlah menikmati hidup anda sementara Allah mengerjakan masalah-masalah Anda supaya Anda selalu punya masalah-masalah!.

4. Kita menekan keras diri kita, dan makin keras. 


Seringkali kita melakukan apa yang kita kira Allah mau tanpa bertanya seperti apa yang Ia inginkan, kapan Ia mau, atau, bagaimana Ia mau itu dilakukan. Sebagai hasilnya kita kerapkali membuat diri kita lelah. Apa solusinya? ‘yang pikirannya tertuju pada-Mu Kau jagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya’.

Selasa, 24 Maret 2015

Pengenalan Allah akan Kita

1 Korintus 8:3 (TL),  
Tetapi jikalau barang seorang mengasihi Allah, ialah dikenal oleh Allah.

Matius 7:21-23,  
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Pernahkah kita membayangkan apa yang dikatakan Tuhan Yesus ini terjadi pada saudara? Setelah sudah lama saudara menjadi orang percaya, dan sekian lama mengiring TUHAN, bahkan mungkin saudara telah menjadi seorang pelayan TUHAN atau menyandang predikat sebagai aktivis gereja dan atau seorang Pendeta sekalipun. Tetapi ketika pada waktunya menghadap TUHAN, justru saudara ditolak dan diusir dari hadapan-NYA karena DIA tidak “mengenal” saudara. 

Perihal “Pengenalan” Allah akan manusia ini perlu menjadi perhatian khusus dari kita, karena ternyata bahwa untuk masuk dalam Kerajaan Sorga tergantung pada keberadaan kita di hadapan ALLAH, yaitu apakah kita “dikenal” oleh DIA atau tidak.
Banyak orang yang mengaku percaya pada TUHAN, bahkan terlibat juga dalam berbagai pelayanan gereja, tapi ini bukan jaminan bahwa dia dikenal oleh ALLAH.

Lima gadis yang bodoh, Matius 25:11-12,  Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.

Melakukan kehendak ALLAH. 
Matius 7:21, Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.

Supaya bisa dikenal oleh ALLAH, mutlak kita harus melakukan apa yang ALLAH inginkan atau kehendaki. Orang yang melakukan apa yang menjadi kemauan ALLAH, pasti akan dibedakan dengan yang lainnya. DIA pasti akan selalu mengingat pribadi-pribadi yang hidupnya selaras dengan kehendak-NYA, dan selalu mendapat kasih sayang dari ALLAH.

Pengudusan / kekudusan hidup. 
1 Tesalonika 4:1-3,  Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus. Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan,

ALLAH yang kita sembah adalah ALLAH yang kudus, suci dan sangat mulia, dan DIA mau supaya semua yang mau datang kepada-NYA harus kudus: “sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1 Petrus 1:16). Karena tanpa kekudusan tak seorangpun yang dapat mendekatkan diri kepada ALLAH.
“Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan”. Ibrani 12:14.

Berbuat Kebaikan, (Bukan Pembuat Kejahatan)
1 Petrus 2:15, Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh.
Perbuatan baik adalah bukti kita melakukan kehendak ALLAH. Tak seorangpun yang mengatakan bahwa hidupnya selaras dengan kehendak ALLAH kalau tidak ada perbuatan baik. Orang yang hidupnya berkenan kepada TUHAN pasti moralnya juga baik, yaitu bisa menjadi berkat kepada sesamanya.

Mengasihi Allah,  
1 Korintus 8:3,  Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.

Salah satu syarat supaya dikenal oleh ALLAH adalah mengasihi ALLAH. Dalam kitab-kitab Injil ada berapa kali disebutkan untuk mengasihi ALLAH (Matius 22:37-39; Markus 12:30-31; Lukas 10:27).
Dan untuk mengasihi ALLAH bisa ditunjukkan dengan segala pengabdian dan pengorbanan untuk menyenangkan ALLAH, yaitu mempunyai persekutuan dengan ALLAH dalam ibadah, doa dan kegiatan kerohanian kita. Hal ini juga disejajarkan dengan mengasihi sesama kita, yaitu lewat curahan kasih-sayang dan perhatian kita kepada sesama kita.
Mengasihi ALLAH juga ditunjukkan dengan kepatuhan kita dalam melakukan perintah-perintah ALLAH.

Yohanes 14:15; "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.
1 Yohanes 5:2; Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya.

Implikasi :
Jikalau kita dikenal oleh ALLAH, kita akan selalu mendapat rahmat dan anugerah dari pada ALLAH, dan juga mempunyai hak untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Mari kita semua menjadi pribadi-pribadi yang dikenal oleh ALLAH, dan kebahagiaan kekal pasti akan jadi milik kita.

Yohanes 14:2, Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."


Jumat, 20 Maret 2015

Evaluasi Diri Secara Jujur

Sungguh merupakan kesulitan yang hebat ketika seseorang ingin mengevaluasi diri sendiri karena selain menyangkut metodologi dan alat-alat evaluasi, juga menyangkut kejujuran.
Justru kebanyakan orang gagal mengevaluasi diri secara akurat karena mengabaikan faktor kejujuran sebagai salah satu variabel utama dalam formula evaluasi.

Untuk Apa Evaluasi?

Dalam dunia bisnis, evaluasi merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem manajemen modern. Setiap unit bisnis, baik skala kecil maupun besar, pasti melakukan evaluasi terhadap unit-unit dalam organisasi untuk melihat apakah semua sistem berjalan dengan baik atau telah terjadi penyimpangan. Dalam suatu organisasi, evaluasi juga berfungsi sebagai instrumen ukur untuk menentukan besar kecilnya upah yang harus dibayarkan kepada seorang karyawan.

Dengan melakukan evaluasi secara berkala dan menggunakan metode ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, maka setiap penyimpangan atau kekeliruan manajemen dalam mengelola organisasi dapat dideteksi secara dini sehingga segera dapat dilakukan perbaikannya sebelum merambat ke mana-mana dan mengganggu unit kerja yang lain. Demikian halnya, hasil evaluasi yang baik dapat digunakan sebagai landasan dalam menetapkan strategi organisasi guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas, baik organisasi yang berorientasi pada laba (profit) maupun organisasi nirlaba (nonprofit) sehingga meningkatkan produktivitas kerja.

Dalam penyelenggaraan kehidupan modern, kata evaluasi sudah merupakan terminologi yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang seharusnya mau dan berani mengevaluasi seluruh aktivitas hidupnya, katakanlah dalam kurun waktu tertentu, entah satu tahun sekali, dua tahun sekali, dan seterusnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan dalam kurun waktu tersebut, dan apa kerugian dan keuntungan yang diperoleh dari semua kegiatan yang diikuti.

Sebenarnya, tidak terlalu penting apakah seseorang menggunakan metodologi ilmiah atau tidak ketika melakukan evaluasi diri, itu bukanlah soal utama. Inti utama ketika melakukan evaluasi diri adalah kejujuran. Artinya, sejauh mana seseorang mau mengungkapkan secara jujur semua aktivitasnya dan selanjutnya mau mengakui kekurangan dan kelebihannya, serta mau berubah atau memperbaiki diri untuk perjalanan hidup selanjutnya.

Kendala Evaluasi

Kendala terbesar yang menjadi hambatan utama ketika seseorang melakukan evaluasi diri adalah adanya keakuan yang besar, kesombongan diri, kemapanan, kemunafikan, keengganan untuk mengalami perubahan, dan tentu saja kejujuran dalam mengungkapkan data dan fakta yang sebenarnya. Kejujuran terhadap pengungkapan diri sendiri memang memerlukan kerendahan hati dan sikap mau menerima perubahan.

Dalam kenyataan hidup sehari-hari, ternyata banyak orang yang tidak memiliki tujuan hidup yang jelas, selain menjalani hidup sesuai dengan perputaran waktu. Sebagai contoh, seorang mahasiswa perguruan tinggi seharusnya sejak awal sudah menetapkan taktik dan strategi dalam menghadapi dan menyiasati teknik belajar di universitas. Selanjutnya, taktik dan strategi ini dievaluasi setiap semester untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya, serta menetapkan strategi untuk menghadapi semester berikutnya.

Demikian halnya dalam setiap rumah tangga haruslah berani melakukan evaluasi setiap akhir tahun guna menetapkan langkah yang mesti ditempuh untuk menghadapi tahun yang baru. Sayang, kebanyakan rumah tangga tidak mempunyai perencanaan untuk menjalani hidup selain rutinitas sehari-hari yang berjalan sesuai keadaan. Itulah sebabnya, kebanyakan rumah tangga oleng ketika menghadapi perubahan keadaan yang ekstrem.

Manfaat Evaluasi

Melakukan evaluasi diri memungkinkan seseorang memasukkan unsur-unsur darurat untuk mengantisipasi perubahan yang radikal seandainya keadaan tiba-tiba berubah ke arah yang tidak menguntungkan, misalnya gempa bumi, perubahan politik, krisis ekonomi, perubahan karier yang tidak diharapkan atau sakit penyakit, bahkan hal-hal yang bersifat umum dan tidak mungkin dihindarkan seperti menghadapi perubahan emosional karena usia, dan seterusnya.

Di dalam Alkitab Perjanjian Lama terdapat evaluasi diri Nabi Yesaya yang patut dijadikan teladan dalam menyatakan kejujuran. Hasil evaluasi dirinya ternyata sangat mengagetkan karena dengan jujur dan berani, Nabi Yesaya berkata, "Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir," (Yesaya 6:5) sebelum memutuskan, "Ini aku, utuslah aku" kepada Tuhan Allah (Yesaya 6:8).

Demikian juga Yohanes Pembaptis telah melakukan evaluasi diri dengan ketulusan seekor merpati. Dengan tenang, ia melayani semua pertanyaan orang-orang Yahudi yang mempertanyakan identitasnya. Dengan jujur, ia mengatakan siapa dirinya dan apa tugasnya (Yohanes 1:23). Ketika orang-orang Yahudi membandingkan dirinya dengan Yesus, ia berkata, "... Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak." (Yohanes 1:27) Bahkan, ketika ia mulai ditinggalkan dan orang-orang beralih kepada Yesus, ia berkata, "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil" (Yohanes 3:30).

Betapa sering seseorang memutuskan untuk melayani Tuhan sebelum mereka mengevaluasi diri dan menyerahkan diri untuk dipimpin Tuhan sehingga berani berkata, "Celakalah aku! Aku binasa!" Dalam perenungannya, Ayub mengevaluasi diri dan hasilnya sungguh mencengangkan: "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." (Ayub 42:5-6)

Dengan demikian, evaluasi sungguh sangat penting diterapkan dalam semua aspek kehidupan, baik menyangkut kehidupan bisnis, kehidupan sehari-hari, maupun dalam kehidupan pelayanan. Sebaik apa pun sebuah perencanaan dicanangkan, jika tidak disertai dengan evaluasi, kemungkinan besar akan melenceng ke sasaran yang salah. Dan, evaluasi adalah kendali yang bisa memulihkannya kembali ke posisi semula.

Rabu, 18 Maret 2015

Pertanyaan Penting

Kisah Para Rasul 7:49-50
  
"Langit adalah takhta-Ku, dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku. Rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, demikian firman Tuhan, tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku? Bukankah tangan-Ku sendiri yang membuat semuanya ini?" 


Tiga Pertanyaan Penting

Setiap orang menanyakan pertanyaan-pertanyanan ini kepada dirinya sendiri, "Dari mana aku berasal?", "Mengapa aku di sini?", dan "Kemana aku akan pergi?"

Ilmu pengetahuan mencoba menjawab pertanyaan pertama, ilmu filsafat berusaha menjawab yang kedua, tapi Yesus punya jawaban untuk ketiganya.
Dari mana aku berasal?
Kita diciptakan oleh Allah menurut gambar-Nya.
Dan kita diciptakan dengan satu kekosongan dalam hidup kita yang tidak bisa diisi dengan apa pun yang bisa ditawarkan dunia ini.
Kekosongan ini hanya bisa diisi oleh hubungan dengan-Nya.
Mengapa aku ada disini?
Kita ada di dunia ini untuk mengenal Tuhan yang menciptakan kita dan bersekutu dengan-Nya, serta mengetahui rencana unik-Nya bagi hidup kita.

Kemana aku akan pergi? 
Nah, ini terserah Anda. Yesus berkata, "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya" (Matius 7:13).

Ateisme sudah bertambah daya tariknya oleh karena popularitas buku-buku yang ditulis oleh para penganutnya.
Menurut saya tidak banyak orang ateis, tetapi beberapa mungkin menggambarkan diri mereka sebagai agnostik.
Mereka tidak akan berkata jika Tuhan itu ada, maupun sebaliknya, tidak ada.
Mereka hanya tidak tahu.

Ketika memberitakan Injil di Atena, Paulus berkata,
"Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia" (Kisah Para Rasul 17:23-24).

Paulus mengatakan bahwa Allah itu ada, dan Dia adalah Pencipta dari segala sesuatu.
Jika Anda percaya bahwa Anda, sebagai manusia, berevolusi dan datang dari antah berantah, serta berpikir jika hidup Anda tidak memiliki tujuan yang kekal, maka Anda tidak perlu memberikan pertanggungjawaban kepada siapa pun.

Tapi ketahuilah ada Tuhan yang menciptakan Anda.

Senin, 16 Maret 2015

Timotius, Patuhlah !

Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. (2 Timotius 4:2)

Sepulangnya semua rasul ke Sorga, maka tanggung jawab pemberitaan Injil serta pemeliharaan jemaat selanjutnya berada di tangan murid-murid para Rasul. Timotius adalah salah satu kader yang dipersiapkan oleh Rasul Paulus. Menurut sejarah, Timotius sedang menggembalakan jemaat di Efesus ketika menerima surat dari Paulus, yang diperkirakan ditulis dari pemenjaraannya di Roma.

Ajaran sesat yang muncul pada saat itu belum banyak. Di antaranya yang terdeteksi adalah Gnostik yang mengajarkan Christology sesat dan Ebionit, yaitu Gereja Advent Kuno yang menggabungkan kekristenan dengan yudaisme. Jadi, selain melawan para filsuf Yunani dengan segala filosofi keduniawian mereka, Timotius berhadapan dengan kekristenan yang menyimpang dari ajaran Rasul-rasul.

Timotius pasti ingat ketika Rasul Paulus menyuruhnya disunat karena memiliki ibu Yahudi dan ayah Yunani, bahwa itu sama sekali bukan untuk masuk Sorga melainkan supaya ia bisa ikut masuk mengajar di sinagoge-sinagoge. Timotius ketika menerima surat kedua dari Paulus, adalah seorang murid yang telah matang baik secara doktrinal maupun secara mental.

Bagi Timotius, untuk berhadapan dengan para penyesat dari luar, yaitu filsuf-filsuf dan pengajar berbagai agama, itu sama sekali tidak sulit. Yang lebih sulit ialah pengajar sesat yang dari dalam. Diskusi theologi di antara teman, bahkan di antara sesama murid Rasul bisa sangat mengganggu tidurnya.

Sebagai seorang murid yang dikasihi dan dipersiapkan oleh Rasul Paulus, ia sudah pasti sangat menghargai gurunya. Surat yang diterimanya pasti dibaca bukan hanya sekali saja melainkan dibaca berkali-kali. Bahkan mungkin surat sependek itu sudah dihafalnya.

Bagian menjaga diri bersih, jangan membiarkan diri dianggap muda, semua itu tidak terlalu sulit. Yang paling sulit tentu adalah “menyatakan apa yang salah”. Semua orang akan lebih nyaman “berdiam terhadap apa yang salah” daripada “menyatakan apa yang salah”.

“Menyatakan apa yang salah” mewajibkan orang untuk mengerti apa yang benar. Tanpa mengerti apa yang benar engkau tidak mungkin menyatakan apa yang salah. Berarti Timotius harus belajar dengan tekun dan ia harus mengingat semua argumentasi yang pernah didengarnya dari sang guru, Rasul Paulus. Timotius harus rajin membaca kita PL, dan ia harus membuka catatan tentang penafsiran yang benar yang pernah ia dapatkan dari gurunya, Rasul Paulus.

Dan bagian yang paling sulit ialah bahwa jika ia menyatakan apa yang salah, ia akan kehilangan banyak teman. Ia akan dikecam oleh kawan maupun lawan yang merasa tersinggung. Orang-orang tidak gampang menerima jika dinyatakan salah, terutama ketika kesalahan telah lama dan mendarah daging.

Kalau boleh memilih, Timotius akan memilih berdiam diri dan hanya menyatakan apa yang benar, bukan menyatakan apa yang salah. Dengan hanya menyatakan apa yang benar ia akan menjadi sahabat banyak orang dan akan dihormati oleh banyak orang. Banyak kali Timotius tergoda hanya untuk menyatakan yang benar. Di dalam hatinya Timotius bertengkar dengan dirinya, “dengan menyatakan yang benar, maka otomatis orang yang salah akan mengerti dan disadarkan”. Tetapi kemudian hati kecilnya berkata, “itu hanya berlaku bagi orang yang sangat peka dan sangat cinta kebenaran. Tetapi bagi sebagian orang , diperlukan ketegasan untuk menyatakan yang salah. Terutama anggota jemaat dan orang-orang percaya yang masih bayi, memerlukan ketegasan sikap.”

Sambil Timotius berpikir keras dengan suara hati yang saling berargumentasi dalam dirinya, Roh Kudus mengingatkannya, “Timotius, patuhlah. Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kau ikuti selama ini”. Ya, ini juga nasehat gurunya. Amin.

Minggu, 15 Maret 2015

Menyenangkan Tuhan

Ada banyak istilah dan konsep penting dalam Alkitab, seperti iman, pengharapan, kasih, sukacita, kasih karunia, damai, menyenangkan Tuhan, dll yang bisa kita baca dalam Alkitab kita, tapi seringkali hal ini hanya menjadi konsep yang kabur bagi sebagian besar orang. 

Pelajaran berikut ini dibuat untuk menyediakan pengertian Alkitab yang kental akan apa itu menyenangkan Tuhan seperti yang ditemukan dalam Firman Tuhan. Sepanjang waktu mengijinkan kita akan menyediakan pelajaran mengenai istilah penting itu, terutama dari Perjanjian Baru. 

(1) Menyenangkan Tuhan seharusnya menjadi ambisi utama dihati setiap orang percaya. Salah satu motivenya adalah Bema

2 Korintus 5:9-10, Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

1 Tesalonika 4:1 Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi.

(2) Menyenangkan Tuhan tidak hanya menjadi tujuan utama setiap orang percaya, tapi sesuatu yang harus kita tonjolkan, tidak untuk diterima tapi karena kita mengasihi Tuhan dan karena upah dimasa depan.

Ibrani 13:21, kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!.

(3) Kemampuan menyenangkan Tuhan merupakan hasil karyaNya didalam hidup kita sebagai Gembala Agung.

Efesus 5:8-10, Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.

1 Tesalonika 4:1, …Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah …

(4) Menyenangkan Tuhan meliputi menemukan dan melakukan apa yang menyenangkan Tuhan melalui hidup sesuai dengan FirmanNya. Menyenangkan Tuhan artinya melakukan kehendakNya.

1 Tesalonika 2:4, Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.

Galatia 1:10, adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.

(5) Menyenangkan Tuhan dimulai dalam hati atau dari dalam diri seseorang.

Kolose 1:9-10, Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah;

Kolose 3:22-24, Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.

(6) Menyenangkan Tuhan lebih dari manusia seharusnya menjadi motive pelayanan, pernikahan, dan setiap hal yang kita lakukan. 

Berusaha menyenangkan manusia untuk alasan yang egois menghancurkan kemampuan kita untuk mengikuti Tuhan, berdiri untuk kebenaran atau prinsip, mengasihi orang lain dengan tidak egois, dan kemudian berfungsi sebagai pelayan Tuhan.

1 Tesalonika 2:15, Bahkan orang-orang Yahudi itu telah membunuh Tuhan Yesus dan para nabi dan telah menganiaya kami. Apa yang berkenan kepada Allah tidak mereka pedulikan dan semua manusia mereka musuhi.

(7) Saat kita gagal menyenangkan Tuhan, kita jadi bersikap bermusuhan atau setidaknya menjadi tidak berguna bagi Tuhan dan manusia. 

Satu-satunya cara memenuhi kebutuhan manusia adalah dengan menyenangkan Tuhan melalui meletakan rencanaNya ditempat pertama (perhatikan carry over dalam Roma 14:17-18).
  • Roma 8:8, “Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.”
  • Roma 14:17-18, Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.
  • Tolong perhatikan, 1 Tesalonika 4:1 dan 4:5 harusnya saling dihubungkan. Saat manusia tidak mengenal Tuhan, mereka diatur oleh kedagingan mereka tanpa kepedulian mau menyenangkan Tuhan.
  • 1 Tesalonika 4:1, 5, Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi..… 5 bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah;
(8) Mereka yang ada dalam daging dan yang tidak kenal Tuhan (belum percaya), atau mereka yang berjalan dalam daging (orang percaya daging) tidak mampu menyenangkan Tuhan. 

Roh yang memenuhi orang percaya merupakan satu-satunya cara kita bisa memiliki kemampuan rohani untuk menyenangkan Tuhan. Inilah orang-orang yang menunjukan buah Roh.
  • 1 Korintus 3:3-4, Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? Karena jika yang seorang berkata: Aku dari golongan Paulus, dan yang lain berkata: Aku dari golongan Apolos, bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?
  • Roma 15:1-6. Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya. Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, tetapi seperti ada tertulis: Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku. Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.
  • 1 Korintus 10:33, Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat.
(9) Menyenangkan Tuhan artinya belajar hidup untuk orang lain dan tidak hanya menyenangkan diri sendiri. 

Orang yang menyenangkan Tuhan bukan orang yang menyenangkan manusia juga diri sendiri. Satu-satunya waktu dimana kita menyenangkan manusia adalah saat kita berusaha menolong mereka dengan meletakan kebutuhan mereka diatas kita untuk meneguhkan iman atau keselamatan mereka. Ini bisa jadi tidak menyenangkan mereka melalui kasih yang keras.

Galatia 5:17, Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.

(10) Natur berdosa atau kedagingan terus mengancam kita dalam menyenangkan Tuhan dan dalam pelayanan kepada orang lain karena keegoisannya, tapi dipenuhi Roh merupakan cara dimana kita mampu menyenangkan Dia.

Kolose 1:9-10, Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah;

Roma 14:17-18, Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. 18 Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.

(11) Menyenangkan Tuhan itu menyentuh setiap kegiatan, wilayah, dan aspek hidup orang percaya. Tujuan menyenangkan Tuhan seharusnya tidak ada pembatasan atau dipisah-pisahkan.
 
Kolose 3:22-24, Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.

(12) Menyenangkan Tuhan menyentuh dunia kerja. 

Ini menggambarkan prinsip sebelumnya. Setiap orang percaya memiliki tanggung jawab untuk meninggikan Kristus dalam pekerjaannya sebagai orang yang menyenangkan Tuhan, sebagai orang yang melakukan pekerjaannya seperti untuk Tuhan bukan untuk manusia. Dengan melakukan itu, kita menyenangkan majikan kita dan Tuhan dimuliakan.

(13) Bergantung pada upah yang akan didapat bisa terus menjadi sumber motivasi kita.

2 Timothy 2:4, Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya (praagmateia), supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.

Lukas 19:13, Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang (pragmateuomai) sampai aku datang kembali”
 
1 Korintus 7:25-35, 
25 Sekarang tentang para gadis. Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat yang diterimanya dari Allah. 26 Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang, adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya. 27 Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang! 28 Tetapi, kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu. 29 Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri; 30 dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli; 31 pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu. 32 Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. 33 Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, 34 dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya. 35 Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.

2 Korintus 5:9, Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.

(14) Kita diperingatkan mengenai keterlibatan yang bisa menghalangi kemampuan kita menyenangkan Tuhan dalam melakukan usahaNya sebagai pelayanNya dan pelayan anugrahNya. 

Ini terutama dimasa sulit. Tidak menikah memberikan waktu lebih banyak untuk menyenangkan Tuhan, tapi ini bisa terjadi jika diberikan anugrah untuk tidak menikah. Perhatikan, Paulus tidak mengatakan kalau tidak menikah itu lebih baik, itu baik karena kemampuannya menyenangkan Tuhan dan karena kesulitan saat itu.

Filipi 1:10, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus;

1 Korintus 7:7-8 dan 26, Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu. Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku. … 26 Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang, adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya.

Jumat, 13 Maret 2015

Mengapa Kita Tidak Bahagia?

Roma 14:17 
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.

Ketika merayakan ulang tahunnya yang ke-75, majalah Forbes mengundang para ilmuwan dari berbagai bidang dan dari berbagai penjuru dunia untuk menjawab satu pertanyaan utama: "Mengapa kita begitu tidak bahagia?" Menarik sekali karena para ilmuwan ini semuanya setuju pada satu alasan utama: "Kita menjadi orang-orang yang bermasalah karena kita tidak punya pegangan dalam bidang moral dan spiritual."

Dalam bukunya "Can Man Live Without God?" apologet Ravi Zacharia mengatakan bahwa isu tentang rasa sakit dan penderitan menjadi sangat populer dan menjadi hal besar karena orang-orang telah kehilangan pegangan moral dan spiritual. Rasa sakit kita diperkuat oleh harapan naif bahwa semuanya itu akan bisa dihilangkan atau dibereskan oleh kemajuan ilmu pengetahuan.

Ahli matematika Blaise Pascal mengatakan di dalam hidup manusia ada satu lubang yang hanya bisa diisi oleh ukuran Allah saja. Tidak ada hal lain yang bisa mengisinya, termasuk ilmu pengetahuan, materi yang berlimpah, kesempatan karir, atau keluarga yang luar biasa. Manusia memang diciptakan untuk sebuah hubungan dengan Allah. Ketika relasi dengan Allah menjadi yang terutama dalam hidup kita, maka segala penderitaan akan menjadi tertanggungkan karena ada makna dan harapan di baliknya.

Apakah beban dan penderitaan Anda hari-hari ini?
Berfokuslah pada Allah, maka Anda akan mengalami kebahagiaan (sukacita) yang sejati dan seperti janjiNya, "... semuanya itu (yang Anda butuhkan) akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33)

Bersediakah menjadikan Allah sebagai fokus utama kita pada hari ini?

Senin, 09 Maret 2015

Penyelesai Masalah

Di sekitar tempat kita ber- Gereja akan selalu ada terlihat jenis orang yang "sulit" dan suka ”mempersulit”. 

Bahkan mungkin seringkali kita dibuat menjadi sebal dan muak dengan tingkah laku mereka. Namun sebagai anak Tuhan kita harus menjadi seorang yang mampu membuat kehidupan ini menjadi lebih mudah dan menyenangkan bagi orang lain.  

Oleh sebab itu dalam kehidupan kita hendaknya tidak menjadi bagian dari "Trouble Maker" (Pembuat masalah). Tetapi jadikanlah kehidupan kita bagian dari "Problem Solver" (Penyelesai masalah).  Dengan makin banyaknya anak Tuhan yang menjadi penyelesai masalah, dunia kita akan menjadi makin indah dan menyenangkan.

Pertumbuhan iman tidak ditentukan di mana kamu bergereja, tidak ditentukan siapa pendetamu ... sebab banyak orang yang beribdah di gereja yang besar dan dengan pendetanya yang terkenal ... toh hidupnya tidak berubah masih penuh dengan dosa dan salah ...
Jadi pertumbuhan imanmu ditentukan oleh seberapa besar kamu lapar dan haus akan tuhan serta gaya hidupmu yang takut akan tuhan ...
  • Jalani hidup ini dengan penuh harapan, walau hidup tak selalu bahagia.
  • Berilah senyuman, walau hati tak lagi mampu untuk bertahan.
  • Belajarlah memaafkan, walau dirimu sudah sangat terluka.....
  • Dalam hidup ini, kadang yang engkau rencanakan berjalan tidak sepeti apa yang engkau harapkan.
  • Kehidupan mengajarkan bagaimana engkau membuat semua kejadian menjadi kebaikan, bukan kesedihan.
  • Saat tekanan datang katakan dalam hatimu, ''setelah ini, aku bisa lebih baik lagi....''
  • Setiap masalah dalam hidup ini semata-mata untuk membentukmu menjadi lebih tangguh dan bijaksana....
  • Berani mati tidaklah luar biasa, namun berani tetap hidup pada saat tidak memiliki apa-apa lagi, itu barulah luar biasa!.
  • Hidup ini indah, masih banyak lagi hal biasa yang belum engkau temukan....
  • Dangan memandang rendah dan remeh orang lain hanya karena ia tak lebih pintar, tak lebih kaya, tak lebih beruntung dan tak mempunyai kedudukan seperti engkau....
  • Kadangkala di mata TUHAN, batubara yang legam terlihat lebih berkilau dibanding dengan permata yang mahal.
  • Hidup cuma sekedar '' mampir minum''. Seperti pengembara di perjalanan panjang, ia akan berhenti sejenak untuk minum, lalu melanjutkan kembali perjalanannya.
  • Hidup adalah sebuah proses waktu. Pemilik kehidupan selalu silih berganti.
  • Gunakan waktu hidupmu dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada yang menjamin bahwa setiap orang bisa hidup lebih lama lagi di dunia.....