Kamis, 26 Februari 2015

Karakter Ibadah Sejati.

Fenomena ibadah dalam kehidupan rohani orang percaya hari ini, telah memberikan dampak yang begitu besar. Dampak yang ditimbulkan ternyata tidak hanya sebatas permasalahan bentuk dan cara beribadah saja, tetapi telah "memaksa" setiap orang percaya untuk mendefinisikan kembali akan makna dan konsep beribadah. "Pemaksaan" ini terus berkembang dan akhirnya menjadi pemicu bagi perpecahan dan keretakan di dalam Gereja.

Mengapa hal ini bisa terjadi ?
Paling tidak kita akan mencoba untuk mengamati beberapa alasan mendasar yang menjadi pemicunya.
  1. Adanya "klaim" dari masing-masing pribadi jemaat sebagai anggota tubuh Kristus untuk menjadikan "pengalaman rohaninya yang bersifat pribadi" ketika beribadah sebagai prinsip dalam suatu ibadah di Gereja yang harus diterima dan dilakukan oleh orang lain.
  2. Adanya "penafsiran yang terlalu ekstrim" terhadap bagian-bagain dari kebenaran Firman Tuhan yang berbicara tentang ibadah ( baik secara tersurat atau tersirat ), yang kemudian dengan begitu "teguh" dipegang sebagai suatu prinsip, melampaui prinsip kebenaran Firman Tuhan yang sesungguhnya yang telah berbicara secara sederhana dan mendasar tentang "apakah yang disebut sebagai ibadah yang sejati".
  3. Adanya "suatu motivasi yang terselubung" di balik suatu pemahaman tentang ibadah sebagai suatu "kesempatan" untuk mengatakan bahwa "orang lain itu melakukan tindakan ibadah yang keliru" dan bukan membawa jemaat untuk menemukan "makna dan pengalaman yang sesungguhnya di dalam beribadah kepada Allah".
Ketiga alasan ini,  secara fenomena telah muncul ke permukaan dan menjadi suatu topik perdebatan yang sesungguhnya dapat diselesaikan jikalau kita mau mencoba memahami akan apa yang menjadi "KARAKTER" dari suatu ibadah yang sejati di dalam kehidupan Jemaat.

Untuk maksud dan alasan di atas tersebut,  marilah kita mencoba memahami karakter yang sesungguhnya dari suatu ibadah yang sejati yang akan membawa jemaat untuk menyembah di dalam roh dan kebenaran.
( Yohanes 4:21-24 ). 
  1. Ibadah yang sejati harus berpusatkan Kristus, di dalam suatu pengenalan yang benar akan Allah secara "Theocentris", di mana Allah menjadi pusat dari ibadah kita sekaligus menjadi inisiator di dalam ibadah itu sendiri. Hal ini terlihat Ketika Paulus mengatakan bahwa : "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan di dalam penderitaanNya ( Filipi 3:10 )", Paulus ingin mengatakan bahwa mengenal Allah adalah sesuatu yang sangat penting melebihi apapun juga dan merupakan pusat dari segala sesuatu di dalam kehidupannya. Inilah karakter dari suatu ibadah yang sejati.
  2. Ibadah yang sejati harus dilakukan dengan suatu kesadaran, keyakinan, keberanian yang suci yang lahir dari pengalaman iman bersama dengan Allah. Hal ini ditegaskan di dalam Ibrani 10:19-25, yaitu oleh karena penebusan yang telah kita terima, kita dimampukan untuk datang menghampiri Allah di dalam ibadah kita. Oleh karena itu suatu ibadah yang sejati akan terjadi jikalau kita telah memahami : siapakah diri kita di hadapan Allah? Apa yang menjadi alasan terutama bagi kita untuk beribadah kepada Allah ? Jawabannya : karena apa yang telah dikerjakan oleh Allah di dalam Kristus Yesus.
  3. Ibadah yang sejati harus berpusatkan kepada pekerjaan penebusan yang Kristus lakukan, yang mana telah memberikan kepada kita suatu kesadaran pengetahuan akan segala dosa dan kesalahan kita sehingga dengan segala kerendahan hati dan kesungguhan hati, ketika kita menyadari akan segala ketidakberadayaan dan ketidaklayakan kita, maka dengan terus berpegangan kepada Salib Kristus, kita akan mengalami pengalaman dibersihkan, dibebaskan dari segala dosa dan kesalahan kita, seperti yang dikatakan oleh Pemazmur ( Mazmur 32:1-5 ).
  4. Ibadah yang sejati harus merupakan suatu perayaan sukacita dari pengalaman Salib sebagai orang-orang yang telah ditebus dosanya oleh Allah, hal ini akan memberikan suatu perasaan nyaman di dalam ibadah kita. Perasaan nyaman ini tidak lagi bergantung kepada kebutuhan emosional dan selera yang bersifat subjektif tetapi dari suatu perasaan "kemenangan oleh karena apa yang telah Allah kerjakan dan yang telah terjadi dalam kehidupan kita hari ini".

Ketika kita melihat akan 4 karakter di atas, 
Marilah kita mencoba untuk merefleksikannya kembali di dalam kehidupan beribadah kita hari ini :
  1. Apakah kita telah beribadah dengan suatu pengenalan yang benar tentang Dia sebagai Allah kita ?
  2. Seperti apakah ibadah yang sejati itu? Seperti apa yang kita inginkan dan kita ingin berikan kepada Allah atau sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan ?
  3. Bagaimanakah sikap dan tindakan beribadah yang sejati itu? sikap yang dibangun dengan motivasi untuk memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan ataukah sikap beribadah yang dibangun dengan motivasi untuk menyatakan kemuliaan Tuhan melalui apa yang kita lakukan di dalam ibadah kita ?
  4. Bagaimanakah seharusnya kita beribadah secara benar di hadapan Allah yang telah menebus segala dosa dan kesalahan kita hari ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.